Bangaimana Kita Mengartikan Dunia Ini?
Minggu, 31 Januari 2021
Edit
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang systems thinking, akan sangat bermanfaat jika kita melihat bagaimana sistem kita pandang dalam konteks yang lebih luas.
Secara nyata, realitas hidup dapat kita pandang dari berbagai tingkatan perspektif berpikir berikut, yaitu: 1) peristiwa-peristiwa atau events, 2) pola-pola atau patterns, 3) struktur-struktur sistemis atau sistemic structures, dan 4) model-model mental atau mentals model.
Gambar 1 memperlihatkan ilustrasi keempat tingkatan perspektif berpikir tersebut. Namun apa arti dari tingkatan-tingkatan perspektif tersebut?
Peristiwa adalah kejadian-kejadian yang dapat kita jumpai setiap hari, seperti peristiwa kemacetan lalu lintas, hasil penjualan, banjir, dan lain-lain.
Pola-pola perilaku merupakan akumulasi "ingatan" dari berbagai peristiwa yang terjadi sebelumnya, yang jika peristiwa-peristiwa tersebut kita urutkan nilainya (besarnya) terhadap waktu, maka peristiwa-peristiwa tersebut akan membentuk suatu pola atau tren. Contohnya adalah grafik pola kemacetan lalu lintas dalam sebulan, grafik pola hasil penjualan dalam enam bulan terakhir, banjir dalam lima tahun terakhir, dan lain-lain.
Struktur sistemis adalah cara dimana bagian-bagian dari suatu sistem disusun. Struktur-struktur ini secara nyata membangkitkan pola-pola perilaku dan peristiwa-peristiwa yang dapat kita amati, seperti struktur sistem yang membangkitkan pola kemacetan lalu lintas atau hasil penjualan atau banjir, dan lain-lain.
Model mental merupakan sekumpulan keyakinan, pengetahuan, dan asumsi yang selama ini kita pegang mengenai bagaimana dunia ini bekerja. Asumsi-asumsi ini dapat kita pandang sebagai "pembangkit struktur sistemis" karena mereka menyediakan "cetak biru" bagi struktur-struktur tersebut.
Kita hidup di dunia yang penuh dengan peristiwa-peristiwa. Ketika sesuatu peristiwa terjadi, kita meresponsnya.
Sebagai contoh, ketika suatu jalanan macet, kita meresponsnya dengan mencari pilihan jalan lain, atau ketika suatu mesin rusak, kita bisa meresponsnya dengan membeli mesin baru atau memperbaikinya.
Ketika penjualan produk perusahaan menurun, kita bisa saja meresponsnya dengan meluncurkan program iklan baru misalnya. Ketika profit perusahaan berkurang, kita bisa saja meresponsnya dengan memberhentikan pekerja.
Tanpa adanya suatu pemahaman yang mendasari penyebab dari peristiwa-peristiwa ini, masing-masing dari peristiwa tersebut dapat menciptakan peristiwa-peristiwa lainnya dalam suatu arus hubungan-hubungan sebab-akibat yang dapat tak berujung.
Pada tingkatan pemahaman ini, semua yang dapat kita lakukan adalah bereaksi terhadap segala sesuatu yang terjadi. Jadi pada tingkatan peristiwa, responsnya adalah reaktif.
Jika kita mencoba melihat dunia peristiwa ini lebih jauh lagi sebagai pola perilaku terhadap waktu, maka permasalahan-permasalahan tersebut dapat diantisipasi dengan lebih baik, seperti melihat bagaimana pola-pola macetnya lalu lintas, rusaknya mesin, siklus merosotnya penjualan, tekanan profit secara periodik, kemudian mengakomodasinya dengan melakukan penjadwalan pekerjaan pemeliharaan, melembagakan siklus periklanan, memangkas biaya misalnya.
Pengelolaan pada tingkatan ini membolehkan kita untuk melakukan antisipasi terhadap kecenderungan yang terjadi (tren) dan mengakomodasinya. Pada tingkatan ini, kita masih melakukan respons terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi, akan tetapi dalam bentuk yang lebih proaktif. Jadi pada tingkatan pola-pola perilaku, responsnya adalah proaktif.
Jika kita masuk lebih dalam lagi pada tingkatan struktur sistemik, bagaimana pun, kita dapat mulai melihat apa yang membuat perilaku-perilaku yang kita amati dan kemudian mengambil tindakan untuk mengubah struktur-struktur ini.
Ini membolehkan kita untuk mengubah sumber suatu permasalahan daripada berhadapan dengan gejalanya saja. Kekuatan systems thinking lebih memusatkan perhatian pada tingkatan struktur sistemik, di mana ia merupakan letak pengungkit terbesar untuk menyelesaikan berbagai permasalahan kompleks. Jadi pada tingkatan struktur sistemik, responsnya adalah antisipatif.
Pendekatan sistem dapat membantu membuka simpul-simpul permasalahan yang ada pada saat ini dengan membantu kita menggambarkan kembali permasalahan tersebut dari suatu perspektif yang berbeda secara fundamental. [2.1]
Secara nyata, realitas hidup dapat kita pandang dari berbagai tingkatan perspektif berpikir berikut, yaitu: 1) peristiwa-peristiwa atau events, 2) pola-pola atau patterns, 3) struktur-struktur sistemis atau sistemic structures, dan 4) model-model mental atau mentals model.
Gambar 1. Empat tingkatan perspektif berpikir
Gambar 1 memperlihatkan ilustrasi keempat tingkatan perspektif berpikir tersebut. Namun apa arti dari tingkatan-tingkatan perspektif tersebut?
Peristiwa adalah kejadian-kejadian yang dapat kita jumpai setiap hari, seperti peristiwa kemacetan lalu lintas, hasil penjualan, banjir, dan lain-lain.
Pola-pola perilaku merupakan akumulasi "ingatan" dari berbagai peristiwa yang terjadi sebelumnya, yang jika peristiwa-peristiwa tersebut kita urutkan nilainya (besarnya) terhadap waktu, maka peristiwa-peristiwa tersebut akan membentuk suatu pola atau tren. Contohnya adalah grafik pola kemacetan lalu lintas dalam sebulan, grafik pola hasil penjualan dalam enam bulan terakhir, banjir dalam lima tahun terakhir, dan lain-lain.
Struktur sistemis adalah cara dimana bagian-bagian dari suatu sistem disusun. Struktur-struktur ini secara nyata membangkitkan pola-pola perilaku dan peristiwa-peristiwa yang dapat kita amati, seperti struktur sistem yang membangkitkan pola kemacetan lalu lintas atau hasil penjualan atau banjir, dan lain-lain.
Model mental merupakan sekumpulan keyakinan, pengetahuan, dan asumsi yang selama ini kita pegang mengenai bagaimana dunia ini bekerja. Asumsi-asumsi ini dapat kita pandang sebagai "pembangkit struktur sistemis" karena mereka menyediakan "cetak biru" bagi struktur-struktur tersebut.
Kita hidup di dunia yang penuh dengan peristiwa-peristiwa. Ketika sesuatu peristiwa terjadi, kita meresponsnya.
Sebagai contoh, ketika suatu jalanan macet, kita meresponsnya dengan mencari pilihan jalan lain, atau ketika suatu mesin rusak, kita bisa meresponsnya dengan membeli mesin baru atau memperbaikinya.
Ketika penjualan produk perusahaan menurun, kita bisa saja meresponsnya dengan meluncurkan program iklan baru misalnya. Ketika profit perusahaan berkurang, kita bisa saja meresponsnya dengan memberhentikan pekerja.
Tanpa adanya suatu pemahaman yang mendasari penyebab dari peristiwa-peristiwa ini, masing-masing dari peristiwa tersebut dapat menciptakan peristiwa-peristiwa lainnya dalam suatu arus hubungan-hubungan sebab-akibat yang dapat tak berujung.
Pada tingkatan pemahaman ini, semua yang dapat kita lakukan adalah bereaksi terhadap segala sesuatu yang terjadi. Jadi pada tingkatan peristiwa, responsnya adalah reaktif.
Jika kita mencoba melihat dunia peristiwa ini lebih jauh lagi sebagai pola perilaku terhadap waktu, maka permasalahan-permasalahan tersebut dapat diantisipasi dengan lebih baik, seperti melihat bagaimana pola-pola macetnya lalu lintas, rusaknya mesin, siklus merosotnya penjualan, tekanan profit secara periodik, kemudian mengakomodasinya dengan melakukan penjadwalan pekerjaan pemeliharaan, melembagakan siklus periklanan, memangkas biaya misalnya.
Pengelolaan pada tingkatan ini membolehkan kita untuk melakukan antisipasi terhadap kecenderungan yang terjadi (tren) dan mengakomodasinya. Pada tingkatan ini, kita masih melakukan respons terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi, akan tetapi dalam bentuk yang lebih proaktif. Jadi pada tingkatan pola-pola perilaku, responsnya adalah proaktif.
Jika kita masuk lebih dalam lagi pada tingkatan struktur sistemik, bagaimana pun, kita dapat mulai melihat apa yang membuat perilaku-perilaku yang kita amati dan kemudian mengambil tindakan untuk mengubah struktur-struktur ini.
Ini membolehkan kita untuk mengubah sumber suatu permasalahan daripada berhadapan dengan gejalanya saja. Kekuatan systems thinking lebih memusatkan perhatian pada tingkatan struktur sistemik, di mana ia merupakan letak pengungkit terbesar untuk menyelesaikan berbagai permasalahan kompleks. Jadi pada tingkatan struktur sistemik, responsnya adalah antisipatif.
Pendekatan sistem dapat membantu membuka simpul-simpul permasalahan yang ada pada saat ini dengan membantu kita menggambarkan kembali permasalahan tersebut dari suatu perspektif yang berbeda secara fundamental. [2.1]
Referensi:
- Kim, D. H, (1999), Innovation in Management Series Introduction to System Thinking. https://thesystemsthinker.com/introduction-to-systems-thinking/
- O' Conner, J., Mc Dennot, (1997), I. The Art of Systems Thinking: Essential Skill for Creativity and Problem Solving.
- Trilestari, EW., Almamalik, L., (2010), Systems Thinking: Suatu Pendekatan Pemecahan Permasalahan yang Kompleks dan Dinamis. Bandung: STIA-LAN Bandung Press.