Sejarah Ringkas Systems Thinking

Bagaimana pendekatan Systems Thinking ini bisa muncul?

Pada mulanya pendekatan systems thinking muncul sebagai sebuah reaksi terhadap berbagai kesulitan sains untuk menghadapi berbagai permasalahan dalam sistem kompleks. 

Penggagas awal systems thinkning adalah para ahli biologi. Mereka memandang bahwa organisme hidup merupakan suatu keseluruhan dan sifat-sifatnya tidak dapat dipisahkan atau direduksi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Sebagai pionirnya adalah Ludwig von Bertalanaffy dengan General Systems Theory-nya. 

Bagi Bertalanffy, Boulding, dan yang lainnya, pendekatan-pendekatan klasik, berdasarkan atas konsep reduksionisme Descartes dan determinisme Newton, tidaklah cukup untuk menjelaskan kompleksitas sistem, terutama di dalam organisasi dan sistem hidup. 

Para ahli psikologi kemudian memperkaya ide mengenai systems thinking ini. Mereka memandang bahwa organisasi hidup tidak dapat dipersepsi sebagai elemen yang terisolasi, akan tetapi harus dipersepsi dalam konteks pola-pola persepsi yang terintegrasi. Dalam hal ini, keseluruhan menjadi lebih dari sekedar penjumlahan bagian-bagiannya. 

Para ahli ekologi kemudian menambahkannya dengan memberikan kontribusinya dengan memberikan perhatian pada studi komunitas hidup (ekosistem). Dan sekali lagi mereka menolak melakukan reduksi suatu keseluruhan. 

Terakhir, systems thinking muncul dari para ahli fisika kuantum, satu diantaranya adalah Werner Heisenberg, yang mempertanyakan kebenaran teori mekanika Newton dengan memformulasikan "prinsip ketidakpastian" pada tahun 1923. 

Dalam teori fisika kuantum, para ahli fisika menemukan bahwa mereka tidak dapat membagi dunia ini ke dalam unit-unit bagian yang berdiri sendiri. 

Kalau kita mengalihkan perhatian dari objek makro ke dalam partikel atom dan sub atom, alam tidak memperlihatkan kepada kita adanya suatu blok bangunan pembatas, akan tetapi ia muncul sebagai suatu lingkungan yang kompleks antar berbagai bagian dari keseluruhan unit. 

Sejalan dengan perkembangan teori systems thinking, pada tahun 1947, Norbert Weiner dan John von Neumann mengembangkan kibernetika, sains yang menjelaskan hubungan antara manusia-mesin. 

Mereka mengembangkan suatu konsep penting tentang umpan balik dan pengaturan-diri (self-regulation) dalam bidang rekayasa dan memperluas konsep studi pada pola-pola, yang secara cepat mendorong pada perkembangan teori pengorganisasian-diri (self-organization). 

Pada tahun 1950-an, Jay W. Forrester dari Massachusetss Institute of Technology (MIT), memperkenalkan dan mendemonstrasikan penerapan teori pengendalian umpan balik (feedback control theory) dalam bentuk simulasi model organisasi. 

Forrester selanjutnya mengembangkan suatu bidang yang kemudian dikenal dengan system dynamics, yang merupakan aplikasi teori-teori sistem pada bidang ekonomi dan organisasi. 

Senge (1990) dan lainnya, juga dari MIT, memperluas dan mengembangkan konsep sistem dinamik ini ke dalam lima disiplin untuk pembelajaran organisasi. Salah satu bukunya yang cukup terkenal, The Fifth Dicipline: The Art and Practice of the Learning Organization, Senge menempatkan systems thinking sebagai disiplin terakhir atau "disiplin kelima" dalam organisasi pembelajaran (learning organization). 

Dalam bukunya tersebut, Peter M. Senge juga menerapkan penggunaan pola-pola dasar sistem (systems archetypes) untuk membantu memecahkan persoalan-persoalan yang umum ditemukan dalam bidang bisnis dan manajemen. 

Suatu pendekatan lain yang berbeda dari systems thinking dikembangkan dan diperkenalkan di Inggris pada awal tahun 1980-an oleh Peter Checkland, dikenal dengan Soft Systems Methodology (SSM). 

SSM didasarkan pada pendapat bahwa faktor-faktor manusia dan organisasi tidak dapat dipisahkan dari pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Dengan demikian, SSM menggunakan pendekatan sistem dalam memandang organisasi. 
Gambar 1 Diagram Venn yang menjelaskan hubungan antara Systems Thinking dan System Dynamics
 
Pendekatan SSM ini kadang-kadang dianggap mengacu pada pendekatan "British" atau soft Operation Research (OR), berbeda dengan pendekatan MIT, yang didasarkan pada system dynamics atau dengan kata lain bahwa sistem dinamik merupakan suatu aplikasi praktis dari systems thinkingGambar 1 Diagram Ven yang menjelaskan hubungan antara systems thinking dan sistem dinamik. [2.0]

Referensi:

  1. Haraldsson, HV.,(2000), Introduction to Systems and Causal Loop Diagrams,  System Dynamic Course LUMES, Lund University.
  2. Maani, K. E. & Cavana, R.Y., (2000), Systems Thinking and Modelling Understanding Change and Complexity. New Zealand: Prentice Hall.
  3. O’Conner, J. & Mc. Dermot, (1997),The Art of Systems Thinking: Essential Skills for Creativity and problem Solving.
  4. Trilestari, EW., Almamalik, L., (2010), Systems Thinking: Suatu Pendekatan Pemecahan Permasalahan yang Kompleks dan Dinamis. Bandung: STIA-LAN Bandung Press.