Esensi Systems Thinking

Esensi disiplin systems thinking terletak pada pergeseran cara berpikir. Paling tidak ada enam hal yang harus kita pahami dan lakukan dalam kaitannya dengan pergeseran cara berpikir ini, yaitu pergeseran berpikir dari:

  1. melihat hubungan sebab-akibat searah ke hubungan saling keterkaitan,
  2. melihat potret-potret sesaat ke adanya proses perubahan,
  3. melihat bagian-bagian pada keseluruhan,
  4. melihat analisis ke konteks,
  5. melihat objek ke hubungan,
  6. melihat hierarki ke jejaring, dan
  7. melihat struktur ke proses.
Gambar 1. Ilustrasi pergeseran cara berpikir

1. Pergeseran cara berpikir dari hubungan sebab-akibat searah ke hubungan saling keterkaitan

Systems thinking memandang fenomena dalam bentuk hubungan-hubungan kausalitas, bukan hubungan linier searah. 

Dalam systems thinking, kita mencari keterkaitan-keterkaitan antar bagian-bagian sistem. Kita melakukan hal ini untuk menghindari kekeliruan akibat kita langsung "menyalahkan" terhadap sesuatu atau seseorang dalam rangka mencari kebenaran dari suatu permasalahan. 

Melihat keterkaitan-keterkaitan ini dapat juga membantu kita untuk menemukan titik pengungkit dalam suatu sistem.

2. Pergeseran cara berpikir dari melihat potret sesaat ke adanya proses perubahan

Selain melihat fenomena hubungan kausal, systems thinking juga melihat proses perubahan. Artinya, hubungan-hubungan kausal tersebut selalu dipandang secara keseluruhan proses di mana berbagai tindakan akan saling berinteraksi satu sama lain.

3. Pergeseran cara berpikir dari melihat bagian-bagian ke keseluruhan

Berdasarkan pandangan sistem, sifat esensi dari suatu sistem, terutama sistem hidup (suatu organisme dan suatu komunitas) adalah sifat-sifat dari keseluruhan yang tidak dimiliki oleh bagian-bagiannya. 

Sifat-sifat ini muncul dari interaksi dan hubungan antar bagian-bagian sistem. Sifat-sifat ini akan hancur ketika sistem dipotong-potong, baik secara fisik maupun teoritis, ke dalam bagian-bagian yang terisolasi.

4. Pergeseran cara berpikir dari analisis ke konteks

Dalam suatu sistem hidup dan kompleks sifat-sifat dari bagian-bagian sistem bukan merupakan sifat intrinsik, akan tetapi ia hanya dapat dimengerti dalam konteks keseluruhan yang lebih besar. 

Jadi hubungan antara bagian-bagian dan keseluruhan dapat saling dipertukarkan. Aturan baru adalah bahwa dalam rangka untuk memahami sesuatu, kita jangan melihat hanya sebagian, namun kita letakkan dalam konteks yang lebih luas.

5. Pergeseran cara berpikir dari melihat objek ke hubungan

Pergeseran dari bagian-bagian ke keseluruhan dapat juga kita pandang sebagai pergeseran dari objek-objek ke hubungan. 

Dalam pandangan mekanistik, dunia ini kita pandang sebagai sebuah kumpulan objek-objek, dan hubungan antar objek tersebut adalah nomor dua. 

Dalam pandangan sistem, kita menyadari bahwa objek itu sendiri sebagai jejaring hubungan, terkait dengan jejaring yang lebih luas. Dalam hal ini, hubungan merupakan hal yang utama.

6. Pergeseran cara berpikir dari hierarki ke jejaring

Ketika kita memandang hubungan-hubungan dan jejaring-jejaring ini dalam jejaring, kita melihat bahwa terdapat tingkatan-tingkatan yang berbeda. 

Suatu sifat kuat dari sistem-sistem hidup adalah kecenderungannya untuk membentuk struktur sistem secara multilevel dalam sistem. 

Oleh karena itu, karakteristik kunci lain dari systems thinking adalah kemampuan untuk mengubah perhatian seseorang bolak-balik antar berbagai level sistem.

7. Pergeseran cara berpikir dari struktur ke proses

Dalam ilmu sistem, setiap struktur dipandang sebagai manifestasi  yang mendasari adanya proses. Struktur dan proses selalu bergerak bersama-sama. Mereka bagaikan dua sisi mata uang. Dengan demikian, maka berpikir  sistem adalah selalu merupakan berpikir proses. [2.3]

Referensi:
  1. Kim, D. H, (1999), Innovation in Management Series Introduction to System Thinking.  https://thesystemsthinker.com/introduction-to-systems-thinking/
  2. O' Conner, J., Mc Dennot, (1997), I. The Art of Systems Thinking: Essential Skill for Creativity and Problem Solving. 
  3. Senge, P., (1990), The Fifth Discipline, New York: Doubleday.
  4. Trilestari, EW., Almamalik, L., (2010), Systems Thinking: Suatu Pendekatan Pemecahan Permasalahan yang Kompleks dan Dinamis. Bandung: STIA-LAN Bandung Press.