Esensi Systems Thinking
Rabu, 03 Februari 2021
Edit
Esensi disiplin systems thinking terletak pada pergeseran cara berpikir. Paling tidak ada enam hal yang harus kita pahami dan lakukan dalam kaitannya dengan pergeseran cara berpikir ini, yaitu pergeseran berpikir dari:
- melihat hubungan sebab-akibat searah ke hubungan saling keterkaitan,
- melihat potret-potret sesaat ke adanya proses perubahan,
- melihat bagian-bagian pada keseluruhan,
- melihat analisis ke konteks,
- melihat objek ke hubungan,
- melihat hierarki ke jejaring, dan
- melihat struktur ke proses.
1. Pergeseran
cara berpikir dari hubungan sebab-akibat searah ke hubungan saling keterkaitan
Systems
thinking memandang
fenomena dalam bentuk hubungan-hubungan kausalitas, bukan hubungan linier
searah.
Dalam systems thinking, kita mencari
keterkaitan-keterkaitan antar bagian-bagian sistem. Kita melakukan hal ini
untuk menghindari kekeliruan akibat kita langsung "menyalahkan" terhadap sesuatu atau seseorang dalam rangka mencari kebenaran dari suatu
permasalahan.
Melihat keterkaitan-keterkaitan ini dapat juga membantu kita
untuk menemukan titik pengungkit dalam suatu sistem.
2. Pergeseran
cara berpikir dari melihat potret sesaat ke adanya proses perubahan
Selain
melihat fenomena hubungan kausal, systems thinking juga
melihat proses perubahan. Artinya, hubungan-hubungan kausal tersebut selalu
dipandang secara keseluruhan proses di mana berbagai tindakan akan saling
berinteraksi satu sama lain.
Berdasarkan
pandangan sistem, sifat esensi dari suatu sistem, terutama sistem hidup (suatu
organisme dan suatu komunitas) adalah sifat-sifat dari keseluruhan yang tidak
dimiliki oleh bagian-bagiannya.
Sifat-sifat ini muncul dari interaksi dan
hubungan antar bagian-bagian sistem. Sifat-sifat ini akan hancur ketika sistem
dipotong-potong, baik secara fisik maupun teoritis, ke dalam bagian-bagian yang
terisolasi.
4. Pergeseran
cara berpikir dari analisis ke konteks
Dalam suatu
sistem hidup dan kompleks sifat-sifat dari bagian-bagian sistem bukan merupakan
sifat intrinsik, akan tetapi ia hanya dapat dimengerti dalam konteks keseluruhan
yang lebih besar.
Jadi hubungan antara bagian-bagian dan keseluruhan dapat
saling dipertukarkan. Aturan baru adalah bahwa dalam rangka untuk memahami
sesuatu, kita jangan melihat hanya sebagian, namun kita letakkan dalam konteks yang
lebih luas.
5. Pergeseran cara berpikir dari
melihat objek ke hubungan
Pergeseran
dari bagian-bagian ke keseluruhan dapat juga kita pandang sebagai pergeseran dari
objek-objek ke hubungan.
Dalam pandangan mekanistik, dunia ini kita pandang sebagai sebuah
kumpulan objek-objek, dan hubungan antar objek tersebut adalah nomor dua.
Dalam
pandangan sistem, kita menyadari bahwa objek itu sendiri sebagai jejaring
hubungan, terkait dengan jejaring yang lebih luas. Dalam hal ini, hubungan
merupakan hal yang utama.
6. Pergeseran cara berpikir dari hierarki
ke jejaring
Ketika kita
memandang hubungan-hubungan dan jejaring-jejaring ini dalam jejaring, kita
melihat bahwa terdapat tingkatan-tingkatan yang berbeda.
Suatu sifat kuat dari
sistem-sistem hidup adalah kecenderungannya untuk membentuk struktur sistem
secara multilevel dalam sistem.
Oleh karena itu, karakteristik kunci lain dari
systems thinking adalah kemampuan untuk mengubah perhatian seseorang
bolak-balik antar berbagai level sistem.
7. Pergeseran cara berpikir dari
struktur ke proses
Dalam ilmu
sistem, setiap struktur dipandang sebagai manifestasi yang mendasari
adanya proses. Struktur dan proses selalu bergerak bersama-sama. Mereka
bagaikan dua sisi mata uang. Dengan demikian, maka
berpikir sistem adalah selalu merupakan berpikir proses. [2.3]
Referensi:
- Kim, D. H, (1999), Innovation in Management Series Introduction to System Thinking. https://thesystemsthinker.com/introduction-to-systems-thinking/
- O' Conner, J., Mc Dennot, (1997), I. The Art of Systems Thinking: Essential Skill for Creativity and Problem Solving.
- Senge, P., (1990), The Fifth Discipline, New York: Doubleday.
- Trilestari, EW., Almamalik, L., (2010), Systems Thinking: Suatu Pendekatan Pemecahan Permasalahan yang Kompleks dan Dinamis. Bandung: STIA-LAN Bandung Press.