Dimensi Systems Thinking

Systems thinking dapat kita katakan sebagai disiplin yang muncul untuk memahami situasi kompleksitas dan perubahan. Kompleksitas inilah yang mendasari sistem bisnis, sistem ekonomi, sistem ilmu pengetahuan dan sosial pada saat ini.

Systems thinking memandang organisasi sebagai keseluruhan dan fokusnya pada kesaling-bergantungan dan kesaling-keterkaitan antara berbagai departemen, fungsi, dan divisi dan bagaimana mereka berpengaruh pada masing-masing dan keseluruhan organisasi.

Untuk dapat memahami apa itu systems thinking, Maani (2000) membagi systems thinking tersebut ke dalam tiga dimensi, yaitu: (1) systems thinking sebagai paradigma, (2) systems thinking sebagai bahasa, dan (3) systems thinking sebagai metodologi.

Gambar 1 Dimensi Systems Thinking

Systems Thinking Sebagai Suatu Paradigma
Sebagai suatu paradigma, systems thinking merupakan suatu cara berpikir dan cara menjelaskan hubungan dinamik yang mempengaruhi perilaku sistem. 

Richmond (1993) menjelaskan paling tidak diperlukan tujuh keahlian cara berpikir untuk dapat memahaminya sebagai suatu paradigma, yaitu: (1) berpikir dinamik, (2) berpikir kausalitas, (3) berpikir generik, (4) berpikir struktural, (5) berpikir operasional, (6) berpikir kontinum, dan (7) berpikir ilmiah. Masing-masing keahlian berpikir tersebut akan dijelaskan berikut ini.

Berpikir dinamik. Bagaimana kita mengenali bahwa dunia ini bukanlah merupakan suatu yang statis sifatnya, dan segala sesuatu yang ada di dunia ini secara konstan akan selalu mengalami perubahan. Atau dengan kata lain, kita harus mampu melihat dan menyimpulkan pola-pola perilaku lebih dari hanya sekedar memfokuskan pada dan berupaya untuk memprediksi pola-pola tersebut hanya dari peristiwa-peristiwanya saja. 

Suatu fenomena seharusnya dipikirkan sebagai sesuatu yang kita munculkan oleh proses-proses melingkar (kausalitas) yang terus berlanjut seiring dengan berjalannya waktu, dan tidak kita pikirkan hanya sebagai sesuatu yang dimunculkan oleh sejumlah faktor.

Berpikir dengan simpal tertutupJenis kedua dari keahlian berpikir adalah berpikir dalam simpal tertutup (kausalitas). Dalam hal ini bagaimana kita mampu untuk memahami bahwa sebab dan akibat tidaklah linier dan seringkali suatu akibat (effect) dapat mempengaruhi penyebabnya (cause). 

Dunia nyata seharusnya dilihat sebagai suatu kumpulan proses yang saling bergantung dan terus berlanjut dengan terus berjalannya waktu, dan tidak dilihat sebagai sesuatu yang disebabkan oleh hubungan satu arah dari sekumpulan faktor.

Berpikir generik. Bagaimana kita mampu melihat perilaku-perilaku fenomena yang mirip secara kualitatif walaupun berasal dari sistem-sistem yang berbeda. Contohnya adalah perilaku kurva-S (sigmoid) yang dapat terjadi pada sistem-sistem sosial, ekonomi, bisnis, mekanik, dan lain-lain.

Berpikir struktural. Kemampuan berpikir struktural merupakan kemampuan kita untuk memikirkan sesuatu besaran (variabel) dalam konteks unit pengukuran dan dimensi-dimensi. Dalam domain ini, hukum-hukum konservasi fisika ditaati dengan sebaik-baiknya. 

Perbedaan antara suatu stok (stock) dan suatu aliran (flow) harus kita nyatakan dengan jelas. Sebagai contoh adalah keterkaitan antara kelahiran dan Populasi dalam bentuk diagram simpal kausal. 

Gambar 2 memperlihatkan diagram simpal kausal Populasi dan kelahiran. Dari gambar 2 dapat kita lihat bahwa ketika kelahiran meningkat, Populasi akan meningkat. Dan ketika Populasi meningkat, kelahiran juga akan mengikuti. Ini merupakan suatu proses sederhana simpal umpan balik positif. Sebelumnya kita tidak memeriksa bahwa keterkaitan tersebut akan membangkitkan suatu pertumbuhan eksponensial pada Populasi seiring dengan berjalannya waktu.
Gambar 2 Simpal umpan balik Populasi 

Gambar 3 Diagram struktural Populasi

Ketika kedua variabel yang sama kita ungkapkan  menggunakan suatu diagram struktural (gambar 3), suatu yang tersembunyi namun mempunyai perbedaan dinamika penting menjadi muncul. Proses umpan balik positif yang sama seperti kita gambarkan pada gambar 3 diperlihatkan di sini, dan sekali lagi kita melihat bahwa jika kelahiran meningkat, Populasi juga akan meningkat.

Sekarang, bagaimana pun, kembali ke diagram simpal kausal dan jalankan percobaan dalam kondisi terbalik. Mulai dengan menurunnya kelahiran. Berdasarkan diagram simpal kausal, suatu penurunan dalam kelahiran akan menghasilkan suatu penurunan dalam Populasi. Jelas, ini tidaklah selalu benar. 

Populasi hanya akan berkurang mengikuti suatu penurunan pada kelahiran jika kelahiran berada pada suatu kondisi lebih rendah dari kematian. Untuk itu mengapa diagram struktur dicari. 

Seperti diagram struktur dalam gambar 3 memperlihatkan, suatu penurunan dalam kelahiran hanya akan memperlambat rata-rata meningkatnya populasi.

Berpikir operasional. Berpikir operasional bagaimana pun berkaitan dengan berpikir struktural. Berpikir operasional mempunyai arti berpikir dalam konteks bagaimana segala sesuatu itu benar-benar bekerja, bukan bagaimana secara teoritik bekerja atau bagaimana kita memahami "secara fisik" operasi-operasi dan bagaimana segala sesuatu itu bekerja.

Berpikir kontinum. Bagaimana kita mampu melihat fenomena-fenomena sosio-tekno-ekonomi-lingkungan pada umumnya berubah secara kontinyu dan tidak secara diskrit.

Berpikir ilmiah. Bagaimana kita mampu melihat suatu besaran tidak hanya menyangkut masalah-masalah pengukuran numerik absolutnya saja, akan tetapi juga menyangkut masalah-masalah kuantifikasinya. Dalam banyak hal, kita sering kali dihadapkan dengan besaran-besaran yang sulit diukur.

Systems Thinking Sebagai Suatu Bahasa
Systems thinking dapat kita anggap sebagai sebuah bahasa untuk mengkomunikasikan kompleksitas dan kesaling-bergantungan atau menyediakan suatu perangkat untuk memahami kompleksitas dan dinamika dalam pembuatan keputusan. Systems thinking sebagai suatu bahasa meliputi:

Fokus pada kesalingbergantungan tertutup. Bahasa systems thinking sifatnya melingkar (kausalitas) dan bukan searah (linear). Systems thinking memusatkan perhatian pada kesaling-bergantungan tertutup. Sebagai contoh gambar 4, ketika variabel x mempengaruhi variabel y, variabel y mempengaruhi variabel z, dan variabel z mempengaruhi kembali ke variabel x.
Gambar 4 Hubungan kesaling-bergantungan tertutup

Menawarkan suatu "bahasa visual." Banyak perangkat yang kita gunakan untuk mengungkapkan systems thinking, seperti diagram simpal kausal, diagram perilaku terhadap waktu, pola-pola dasar sistem, dan diagram struktural, yang mempunyai komponen visual yang kuat. 

Diagram-diagram tersebut membantu kita untuk mencoba mengklarifikasi isu-isu kompleks dengan menggabungkannya, menyimpulkannya, dan memperjelas, elemen-elemen kunci yang terlibat. Diagram-diagram ini juga memberikan fasilitas untuk belajar. 

Studi-studi yang dilakukan memperlihatkan bahwa banyak orang belajar dengan baik sekali melalui gambaran imajinasi, seperti gambar atau cerita. 

Suatu sistem diagram merupakan suatu alat komunikasi yang berdaya guna karena ia menyaring esensi suatu permasalahan ke dalam bentuk yang dapat dengan mudah diingat, yang sebelumnya kaya dengan implikasi-implikasi dan pengertian.

Menambah akurasi. Suatu set spesifik aturan-aturan sintaksis yang mengatur diagram sistem secara umum mengurangi ketidakjelasan dan kekeliruan komunikasi yang akan terjadi ketika menangkap isu-isu kompleks.

Sebagai contoh, dalam menggambarkan hubungan antara aspek-aspek kunci suatu permasalahan, keterkaitan kausal tidak diindikasikan dengan panah, akan tetapi ditandai dengan tanda positif, "+", atau negatif, "-", atau notasi "s" atau "o" untuk menyatakan bagaimana satu variabel mempengaruhi variabel yang lainnya. 

Suatu pemberian tanda akan memberikan keterkaitan tersebut menjadi lebih presisi, memastikan bahwa terdapat hanya satu kemungkinan interpretasi.

Memaksa pengungkapan model-model mental. Bahasa systems thinking  menterjemahkan "cerita peran" dan persepsi suatu masalah individu ke dalam gambar hitam putih yang dapat menyatakan perbedaan-perbedaan halus dalam satu sudut pandang.

Membolehkan melakukan pemeriksaan dan penyelidikan. Diagram sistem dapat menjadi alat yang berdaya guna untuk membantu mengumpulkan pemahaman suatu permasalahan. 

Segera setelah para individu menyatakan pemahamannya terhadap suatu masalah, mereka dapat mengkolaborasi permasalahannya. Dan dengan memfokuskan diskusi pada diagram, systems thinking memisahkan banyak pembelaan diri yang dapat muncul pada perdebatan tingkat tinggi.

Systems Thinking Sebagai Suatu Metodologi
Systems thinking sebagai metodologi berisi sekumpulan perangkat dan teknologi pemodelan dan pembelajaran. 

Perangkat-perangkat pemodelan ini dapat kita gunakan untuk memahami struktur suatu sistem, keterkaitan antar komponennya, dan bagaimana perubahan-perubahan dalam suatu area akan mempengaruhi keseluruhan sistem dan bagian-bagiannya selama berjalannya waktu. 

Dengan demikian, model-model ini dapat digunakan untuk mengukur dan memprediksikan perilaku sistem, demikian juga dengan memberikan fasilitas dan mempercepat pembelajaran kelompok.

Secara garis besar, perangkat systems thinking dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu (1) perangkat pemodelan kualitatif dan (2) perangkat pemodelan kuantitatif.

Perangkat pemodelan kualitatif merupakan perangkat yang kita gunakan untuk melakukan strukturisasi dan mempelajari suatu sistem, termasuk didalamnya diagram simpal kausal, perangkat Soft Systems Methodology, dan Magnetic Hexagon

Perangkat pemodelan kuantitatif adalah perangkat yang umumnya digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang perilaku sistem dan biasanya dibantu dengan simulasi komputer, salah satunya adalah system dynamics.

Sementara itu, menurut Kim (1999) paling tidak terdapat sepuluh perangkat systems thinking yang berbeda yang dapat digunakan yang dapat dibagi ke dalam empat katagori, yaitu: (1) brainstorming tools, (2) dynamic thinking tools, (3) structural thinking tools, dan (4) computer based tools.

Meskipun masing-masing dari perangkat ini dirancang secara sendiri-sendiri, akan tetapi perangkat-perangkat tersebut dapat kita gunakan secara kombinasi untuk mendapatkan wawasan yang lebih dalam dalam perilaku dinamiknya. [2.4]

Referensi:
  1. Kim, D. H, (1999), Innovation in Management Series Introduction to System Thinking.  https://thesystemsthinker.com/introduction-to-systems-thinking/
  2. Maani, K. E. & Cavana, R.Y., (2000), Systems Thinking and Modelling Understanding Change and Complexity. New Zealand: Prentice Hall.
  3. O' Conner, J., Mc Dennot, (1997), I. The Art of Systems Thinking: Essential Skill for Creativity and Problem Solving. 
  4. Richmond, B. (1994), “Systems Thinking: Critical Thinking Skills for the 1990s and Beyond”, System Dynamic Review, Vol.9, No.2.
  5. Trilestari, EW., Almamalik, L., (2010), Systems Thinking: Suatu Pendekatan Pemecahan Permasalahan yang Kompleks dan Dinamis. Bandung: STIA-LAN Bandung Press.