Memahami Systems Thinking
Selasa, 09 Februari 2021
Edit
Bagaimana kita dapat memahami systems thinking? Paling tidak ada dua cara yang dapat kita lakukan untuk memahami systems thinking tersebut, yaitu: pertama, kita memahaminya sebagai salah satu disiplin belajar, dan kedua, kita memahaminya sebagai konsepsi, sosok pengetahuan dan alat berpikir.
Systems thinking sebagai disiplin belajar dapat kita pahami dengan mencoba memahami konsep pembelajaran dan organisasi pembelajaran (learning organization).
Dalam era ekonomi-pengetahuan dan perubahan teknologi yang sangat cepat seperti sekarang ini, kebodohan atau kalah cerdas dari pesaing merupakan sumber kekalahan.
Oleh sebab itu, agar kita bisa tetap bertahan hidup dan berkembang, kita harus selalu menjaga diri kita selalu lebih cerdas dan memiliki motivasi, kapasitas, dan kemampuan belajar yang tinggi.
Selain itu, dalam era informasi dan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini, kita senantiasa dituntut untuk dapat menemukan cara-cara belajar baru yang dapat membuat kita dapat belajar lebih cepat dan lebih baik dari orang lain.
Yang terpenting di sini bukan hanya pada pemilihan materi yang akan dipelajari, akan tetapi juga proses-proses pembelajarannya.
Dalam konsep pembelajaran, terdapat tiga proses pembelajaran yang harus kita lakukan secara bersamaan secara terus-menerus, yaitu:
- Proses untuk selalu mempelajari, memahami, menghayati dan melaksanakan paradigma baru (learning how to learn),
- Proses untuk selalu mengevaluasi, mengendapkan dan meninggalkan paradigma yang ternyata sudah tidak sesuai dengan tantangan terkini (learning how to unlearn), dan
- Proses untuk selalu menggali, menemukan, dan mendayagunakan kearifan lama yang ternyata memberikan kontribusi untuk pemecahan problem saat ini (learning how to relearn)
Ketiga proses tersebut seharusnya dilakukan tidak hanya oleh perseorangan secara sendiri-sendiri, akan tetapi juga harus dilakukan pada tingkat kelompok, tingkat organisasi, bahkan tingkat bangsa (negara).
Bagi setiap individu, kelompok, organisasi maupun bangsa, yang melaksanakan proses pembelajaran seharusnya ditandai dengan pemahaman dan penerapan –apa yang disebut dengan – disiplin belajar.
Dengan memahami, menguasai, dan menerapkan disiplin belajar memungkinkan seseorang, sekelompok orang, organisasi atau bangsa dapat melaksanakan ketiga proses pembelajaran tersebut.
Membangun Organisasi Pembelajaran
Dengan memahami, menguasai, dan menerapkan disiplin belajar memungkinkan seseorang, sekelompok orang, organisasi atau bangsa dapat melaksanakan ketiga proses pembelajaran tersebut.
Membangun Organisasi Pembelajaran
Berdasarkan berbagai penelitian terhadap organisasi-organisasi yang maju dan bertahan hidup dalam kurun waktu yang lama, ditemukan indikasi yang kuat adanya proses pembelajaran dalam organisasi-organisasi tersebut.
Suatu organisasi yang melaksanakan proses pembelajaran secara berkelanjutan sehingga dapat bertahan dan bersaing disebut organisasi pembelajaran.
Dalam organisasi pembelajaran, belajar menjadi keseharian, menjadi kebiasaan bagi semua anggota yang ada dalam organisasi tersebut tanpa kecuali.
Dalam organisasi pembelajaran, belajar menjadi keseharian, menjadi kebiasaan bagi semua anggota yang ada dalam organisasi tersebut tanpa kecuali.
Budaya organisasi juga ditandai oleh keterbukaan terhadap pengalaman, anjuran atau dorongan untuk mencoba hal-hal baru atau mengambil resiko yang diperhitungkan dan juga siap dan ikhlas untuk menerima kegagalan dan belajar daripadanya.
Organisasi pembelajaran memberikan penghargaan kepada anggotanya yang punya semangat, kapasitas, dan kemampuan belajar yang tinggi.
Organisasi pembelajaran memberikan penghargaan kepada anggotanya yang punya semangat, kapasitas, dan kemampuan belajar yang tinggi.
Organisasi memilih atau mempromosikan anggota tidak hanya atas dasar pengetahuan yang sudah dimiliki oleh seseorang, akan tetapi yang lebih penting adalah semangat, kapasitas, dan kemampuan belajar dari orang yang bersangkutan, terutama sekali belajar hal-hal baru yang belum diketahuinya.
Organisasi pembelajaran ditandai oleh kemampuan anggotanya yang sangat tinggi untuk bekerja dalam tim. Batas-batas antara unit-unit organisasi sangat tipis, interaksi horizontal sangat mudah dilakukan dan ada hubungan yang akrab diantara anggota organisasi, demikian juga antara organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan di luar organisasi. Organisasi bersifat lentur dan cepat tanggap terhadap perubahan.
Organisasi pembelajaran tidak segan-segan belajar dari organisasi lain. Organisasi ini secara aktif mencari hal-hal yang terbaik pada organisasi lain, mempelajarinya dan mencoba memperbaikinya. Semboyannya adalah belajar dari yang terbaik untuk jadi yang lebih baik. Disamping itu pemimpin-pemimpin pada organisasi pembelajaran adalah juga pembelajar yang sangat baik. Mereka menjadi contoh bagi anggota organisasi.
Hambatan Belajar
Organisasi pembelajaran ditandai oleh kemampuan anggotanya yang sangat tinggi untuk bekerja dalam tim. Batas-batas antara unit-unit organisasi sangat tipis, interaksi horizontal sangat mudah dilakukan dan ada hubungan yang akrab diantara anggota organisasi, demikian juga antara organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan di luar organisasi. Organisasi bersifat lentur dan cepat tanggap terhadap perubahan.
Organisasi pembelajaran tidak segan-segan belajar dari organisasi lain. Organisasi ini secara aktif mencari hal-hal yang terbaik pada organisasi lain, mempelajarinya dan mencoba memperbaikinya. Semboyannya adalah belajar dari yang terbaik untuk jadi yang lebih baik. Disamping itu pemimpin-pemimpin pada organisasi pembelajaran adalah juga pembelajar yang sangat baik. Mereka menjadi contoh bagi anggota organisasi.
Hambatan Belajar
Banyak organisasi yang mengalami kesulitan dalam mengubah dirinya menjadi organisasi pembelajaran. Harus diakui, bahwa tidaklah mudah untuk menjadikan seseorang, sekelompok orang, atau sebuah organisasi dapat melakukan ketiga proses pembelajaran tersebut, kendatipun tidak sedikit yang sudah menyadari relevansi perubahan tersebut.
Ada potensi ketidakberdayaan belajar yang dapat menghinggapi setiap individu, sekelompok orang dan organisasi yang dapat menghambat proses pembelajaran, dan ini dikenal dengan istilah resistance to change, atau disability to learn.
Senge (1990) mengidentifikasi tujuh ketidakmampuan belajar yang berkaitan dengan kesalahan untuk berpikir secara sistematik, yaitu: (1) saya dalam posisi saya, (2) musuh ada di luar sana, (3) perumpamaan kodok rebus, (4) bayangan pengalaman belajar, (5) ilusi mengambil tanggung jawab, (6) fiksasi/pendapat atas peristiwa, dan (7) mitos manajemen tim.
Saya dalam Posisi Saya. Sikap arogan, merasa yang terbaik dan tidak perlu belajar dari orang lain merupakan hambatan belajar pada organisasi yang sedang berjaya. Sikap seperti inilah yang menyebabkan banyak organisasi terpuruk justru segera sesudah mengalami puncak kejayaannya.
Musuh Ada di Luar Sana. Kebiasaan mencari kambing hitam merupakan penghalang besar dalam mengembangkan budaya belajar. Kebiasaan ini sering berkembang pada organisasi yang sangat mudah menghukum kalau terjadi kesalahan, bukan belajar dari kesalahan.
Perumpamaan "Kodok Rebus". Ketidakmampuan organisasi untuk mengamati dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Suatu perubahan tidak selalu datang mendadak dan dramatis, dan perubahan yang dapat berdampak besar terhadap organisasi justru perubahan yang tidak disadari kedatangannya (secara perlahan-lahan).
Bayangan Pengalaman Belajar. Organisasi yang terlena, khususnya terbuai oleh keberhasilan masa lalu seringkali menjadi lambat belajar. Ada kemelekatan terhadap hal-hal yang menyebabkan keberhasilan di masa lalu dan mengira bahwa hal-hal tersebut akan tetap merupakan faktor pembawa keberhasilan di masa mendatang.
Ilusi Mengambil Tanggung Jawab. Hambatan belajar bisa juga berasal dari kurangnya kemampuan membedakan hal yang penting dari hal yang mendesak. Banyak organisasi menghabiskan sebagian besar waktunya bahkan kadang-kadang semua waktunya untuk melakukan hal-hal yang mendesak dan melupakan hal-hal yang penting yang dampaknya baru terlihat dalam jangka panjang.
Fiksasi/pendapat mendalam atas peristiwa. Organisasi terpaku pada masalah-masalah jangka pendek dan kurang perhatian terhadap program jangka panjang. Pada umumnya, program belajar hasilnya tidak langsung terlihat dalam waktu dekat, karena kurang menarik bagi organisasi yang hanya tertarik pada hasil jangka pendek.
Systems thinking Sebagai Konsepsi, Sosok Pengetahuan, dan Alat Bepikir
Saya dalam Posisi Saya. Sikap arogan, merasa yang terbaik dan tidak perlu belajar dari orang lain merupakan hambatan belajar pada organisasi yang sedang berjaya. Sikap seperti inilah yang menyebabkan banyak organisasi terpuruk justru segera sesudah mengalami puncak kejayaannya.
Musuh Ada di Luar Sana. Kebiasaan mencari kambing hitam merupakan penghalang besar dalam mengembangkan budaya belajar. Kebiasaan ini sering berkembang pada organisasi yang sangat mudah menghukum kalau terjadi kesalahan, bukan belajar dari kesalahan.
Perumpamaan "Kodok Rebus". Ketidakmampuan organisasi untuk mengamati dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Suatu perubahan tidak selalu datang mendadak dan dramatis, dan perubahan yang dapat berdampak besar terhadap organisasi justru perubahan yang tidak disadari kedatangannya (secara perlahan-lahan).
Bayangan Pengalaman Belajar. Organisasi yang terlena, khususnya terbuai oleh keberhasilan masa lalu seringkali menjadi lambat belajar. Ada kemelekatan terhadap hal-hal yang menyebabkan keberhasilan di masa lalu dan mengira bahwa hal-hal tersebut akan tetap merupakan faktor pembawa keberhasilan di masa mendatang.
Ilusi Mengambil Tanggung Jawab. Hambatan belajar bisa juga berasal dari kurangnya kemampuan membedakan hal yang penting dari hal yang mendesak. Banyak organisasi menghabiskan sebagian besar waktunya bahkan kadang-kadang semua waktunya untuk melakukan hal-hal yang mendesak dan melupakan hal-hal yang penting yang dampaknya baru terlihat dalam jangka panjang.
Fiksasi/pendapat mendalam atas peristiwa. Organisasi terpaku pada masalah-masalah jangka pendek dan kurang perhatian terhadap program jangka panjang. Pada umumnya, program belajar hasilnya tidak langsung terlihat dalam waktu dekat, karena kurang menarik bagi organisasi yang hanya tertarik pada hasil jangka pendek.
Systems thinking Sebagai Konsepsi, Sosok Pengetahuan, dan Alat Bepikir
Cara memahami systems thinking sebagai konsepsi, sosok pengetahuan dan alat berpikir diawali dengan melakukan pergeseran cara berpikir atau perubahan pola pikir.
Untuk dapat melakukan hal tersebut tentu saja kita harus belajar, seperti belajar untuk melihat hubungan sebab-akibat searah ke hubungan saling keterkaitan, belajar untuk melihat potret-potret sesaat ke adanya proses perubahan, dan lain-lainnya.
Langkah selanjutnya adalah dengan memahami fenomena hubungan kausal yang menggambarkan realitas suatu sistem, konsep umpan balik yang menggambarkan interaksi dinamis antar variabel yang diamati, baik saling memperkuat atau menyeimbangkan.
Langkah selanjutnya adalah dengan memahami fenomena hubungan kausal yang menggambarkan realitas suatu sistem, konsep umpan balik yang menggambarkan interaksi dinamis antar variabel yang diamati, baik saling memperkuat atau menyeimbangkan.
Selanjutnya konsep diagram simpal kausal kita gunakan sebagai perangkat yang dapat membantu kita untuk melakukan strukturisasi dan konseptualisasi berbagai permasalahan yang kita hadapi. Sedangkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang perilaku sistem, pemodelan yang dibantu dengan simulasi komputer, salah satunya adalah sistem dinamik, dapat kita gunakan. [2.6]
Referensi:
- Kim, D. H, (1999), Innovation in Management Series Introduction to System Thinking. https://thesystemsthinker.com/introduction-to-systems-thinking/
- Senge, P., (1990), The Fifth Discipline, New York: Doubleday.
- Sudarsono, H. Krisis di Mata para Presiden: Kaidah Berfikir Sistem Para Pemimpin Bangsa, Jakarta: Mata Bangsa
- Trilestari, EW., Almamalik, L., (2010), Systems Thinking: Suatu Pendekatan Pemecahan Permasalahan yang Kompleks dan DInamis. Bandung: STIA-LAN Bandung Press.